Selain struktur geografis, budaya merupakan salah satu aspek yang dapat memengaruhi karakter gaya desain interior. Perbedaan budaya, atau kebiasaan masyarakat setempat, melahirkan ciri khas pada gaya desain.
Seperti gaya desain japanese yang berasal dari negara Jepang. Mengacu pada budaya setempat, desain interior masyarakat Jepang identik dengan kebutuhan menghadirkan suasana yang menenangkan.
Namun, tidak hanya Jepang, beberapa negara Nordic seperti Swedia, juga memiliki gagasan gaya desain yang hampir serupa. Ini juga sangat terpengaruh oleh budaya setempat.
Gaya scandinavian khas negara-negara Nordic mementingkan keseimbangan dengan nuansa yang menyatu dengan alam.
Nah menariknya, seperti apa jika kedua konsep atau gagasan desain dari dua kultur yang berbeda ini menyatu?
Jawabannya adalah gaya japanese scandinavian, atau lebih dikenal dengan istilah gaya Japandi.
Desain Japandi adalah kombinasi fungsionalitas Skandinavia dan minimalis pedesaan Jepang untuk menciptakan perasaan seni, alam, dan kesederhanaan.โ Perpaduan ini menciptakan perpaduan sempurna antara fungsi dan bentuk, dengan fokus pada garis yang bersih, ruang cerah, dan warna-warna terang.
Gaya Japandi menjadi salah satu konsep interior yang mengombinasikan antara fungsionalitas ala Skandinavia, dengan gagasan minimalis pedesaan ala Jepang. Konsep desain ini menciptakan karya seni yang menyatu dengan alam sekaligus berbalut kesederhanaan.
Kekhasan gagasan interior seperti itulah yang diinginkan klien kami, Miss. Hesti Nurmala, untuk interior rumahnya, terutama area dapurnya.
Miss. Hesti berharap gaya Japandi bisa menjadikan interior dapurnya tampak harmonis, nyaman, hangat, minimalis, serta tentu saja fungsional.
Keseimbangan dan Ketenangan
Secara garis besar kedua gaya desain sama-sama menghadirkan kesan keseimbangan dan ketenangan pada interior ruangan. Itulah sebab harmonisasi dari setiap elemen yang digunakan harus diperhatikan dan menjauhi sesuatu yang terkesan berlebihan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, melapisi seluruh area dapur dengan warna putih menjadi pilihan paling praktikal dan mudah. Ini dilakukan agar tampilan ruang dapur tetap terlihat sederhana, bersih, dan terang.
Selain itu, aksen motif kayu dipilih untuk menyeimbangkan dominasi penggunaan warna cat putih.
Motif kayu memberikan tampilan natural yang sesuai dengan karakter desain scandinavian.
Sedikit aksen warna hitam juga ditampilkan. Aksen warna hitam menambah variasi, tetapi tetap serasi.
Komposisi
Dengan luasan area 10,5 meter persegi, dapur dibuat L shape, dengan sistem built in yang menjadikannya tampak “ringkas” dan sesuai dengan ukuran ruang.
Tidak ada furniture tambahan pada dapur ini, selain meja dan susunan lemari kabinet yang dibuat dengan warna senada agar tampak menyatu dengan warna dinding ruangan.
Meski tidak terlalu luas, area dapur tetap bisa memenuhi seluruh kebutuhan pengguna dengan keberadaan beberapa fasilitas seperti wastafel, kulkas, area memasak, bahkan sebuah oven, dengan penempatan yang tersusun rapi.
Ruang Penyimpanan
Untuk menghindari kondisi dapur berantakan dan kurang teratur, yang akan mengurangi nilai gaya desain japandi, instalasi ruang penyimpanan sangatlah penting.
Laci-laci penyimpanan dirancang dengan partisi agar dapat mengelompokan barang-barang sesuai fungsinya. Di samping itu, bagian kabinet atas juga dimanfaatkan untuk ruang penyimpanan dengan ukuran yang cukup besar.
Semua barang-barang kebutuhan dapur pun dapat tersimpan dengan rapi dan terorganisir dengan sangat baik. Sama sekali tidak mengurangi estetika gaya japandi.
Detail Klien
Klien:ย Hesti Nurmala
Tipe Proyek:ย Residensial | Ruang Dapur
Gaya Desain:ย Japanese Scandinavian
Lokasi:ย Cipayung, Jakarta Timur
Ukuran:ย 10,5 m2
Biaya Desain:ย Rp2.000.000,00
Desainer:ย Fadhil Rahman