Furniture unik tidak melulu harus dibuat dari material umum seperti kayu, alumunium, besi, dll. Justru keunikannya ini datang dari bahan dasar yang membentuknya. Salah satu di antara bahan-bahan unik ini adalah kain jeans atau denim.
Kain jeans atau denim adalah material celana yang paling banyak digemari oleh masyarakat dunia. Material yang bersifat tahan lama, kuat dan trendy ini diciptakan pada tahun 1560. Jeans pada awalnya dibuat untuk menjadi bahan pakaian para pekerja, seperti cowboy, pekerja pabrik, dan pekerja tambang.
Bahan pakaian satu ini mencapai popularitasnya di industri fashion pada era 1950-an, karena sifatnya yang kaku dan ronanya yang gelap. Sejak saat itu, celana berbahan dasar jeans kian populer dan mendapat permintaan yang tinggi di seluruh dunia.
Penggunaan kain jeans yang kini lebih bervariasi membuat produksi kain ini meningkat di seluruh dunia. Survei yang dilakukan oleh GT-NEXUS menyatakan bahwa 2,7 juta meter kain denim yang digunakan setiap tahun cukup untuk membungkus bumi 67 kali. Tidak hanya itu, 1 miliar lebih kain denim terjual setiap tahunnya. Pembagian persentase konsumsinya ada di angka 39% untuk Amerika Utara, 20% untuk Eropa Barat, 10% untuk Jepang dan Korea, dan sisanya ada pada negara lainnya termasuk Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara pengekspor celana jeans wanita terbesar.
Baca Juga : Furniture Unik dan Anti Mainstream, Nyeni dan Kreatif
DIY: 4 Langkah Mudah Bagaimana Mengubah Ban Bekas Menjadi Furnitur Unik untuk Rumah Anda
DIY: Mendaur Ulang Barang Bekas Jadi Furniture Unik & Keren
Produksi Besar, Limbah yang Juga Besar
Produksi besar kain denim tentu menghasilkan limbah yang juga besar, serta sisa kain denim yang terbuang sia-sia tanpa pengolahan yang benar. Rupanya kerugian lingkungan tidak hanya dapat ditimbulkan oleh limbah produksi kain denim, proses produksi kain ini pun memiliki dampak yang sama.
Tahukah Anda? Faktanya, proses produksi jeans juga membutuhkan volume air serta konsumsi bahan kimia yang berlimpah. Mengingat 2 miliar pasang jeans diproduksi setiap tahunnya di seluruh dunia, sebuah upaya berkelanjutan untuk dapat menyelamatkan lingkungan perlu dilakukan.
Selain itu, sepasang celana jeans panjang membutuhkan konsumsi air sebanyak 2000 galon. Setengah dari jumlah tersebut digunakan untuk menumbuhkan kapas yang merupakan bahan dasar kain jeans. Selain air, bahan kimia lainnya seperti pestisida dan bahan finishing digunakan dalam proses produksi. Salah satu bahan pembuat jeans yang paling mencemari lingkungan adalah Indigofera tinctoria yang memberikan warna indigio khas pada kain jeans. Bahan kimia tersebut akan menjadi limbah pabrik dan dibuang ke saluran air, yang pada akhirnya akan membuat sungai dan laut tercemar.
Bahan Tidak Ramah Lingkungan yang Membawa Petaka
Dampak dari produksi kain jeans ini mengantarkan kita pada fakta yang dilansir dari EcoWatch, bahwa setidaknya 70 persen perairan di Asia tercemar karena 2,5 miliar galon limbah tersebut. Salah satu perairan yang tercemar adalah Pearl River di China. Air di sungai tersebut berubah warna menjadi biru karena bahan kimia yang digunakan untuk denim.
Selain menghasilkan limbah kimia yang membahayakan manusia dan lingkungan, bahan baku kain jeans yaitu kapas, ternyata merupakan bahan yang tidak ramah lingkungan. Ia menghabiskan 2,4 persen lahan pertanian yang ada di dunia. Tidak hanya itu, kapas juga membutuhkan banyak pestisida. Mereka membutuhkan setidaknya 24 persen dari total penggunaan pestisida di seluruh dunia. Penggunaan pestisida dan bahan kimia beracun pada pohon kapas dapat meresap ke dalam bumi dan merusak persediaan air.
“Kapas merupakan tanaman yang mendatangkan malapetaka bagi manusia dan planet, bahkan sebelum menjadi pakaian,” ucap Wilby, dikutip dari Independent. Penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sekitar 20 ribu orang meninggal dunia karena kanker dan keguguran akibat bahan kimia yang disemprotkan pada kapas.
Daur Ulang Kain Jeans sebagai Jawaban
Meskipun bahan baku dan proses produksi kain jeans merusak lingkungan, bahan yang bersifat tahan lama dan awet ini dapat digunakan dan didaur ulang dengan mudah. Oleh karena itu, sebagai bentuk kontribusi terhadap pengolahan limbah denim, Mahasiswa Desain Interior Universitas Kristen Petra Surabaya mengusulkan untuk menjadikan limbah ini bagian dari furniture dan home decor.
Pertama-tama, para mahasiswa mengumpulkan kain jeans yang berasal dari sisa produksi salah satu pabrik di Kota Surabaya. Kain jeans sisa yang didapatkan tersebut masih dalam kondisi yang sangat bagus karena belum pernah dipakai sebelumnya. Selain itu, karena menggunakan material limbah tekstil, motif dan warna dari setiap produk akan memiliki perbedaan. Hal ini membentuk suatu keunikan tersendiri bagi setiap produknya.
Material jeans sisa pada usaha ini didapatkan dari daily waste pabrik, yaitu sisa produksi pabrik jeans di Surabaya dan pengusaha tekstil. Pabrik tersebut menjual daily waste mereka dengan harga yang terjangkau, sedangkan pengusaha tekstil memberikan sisa produksinya tanpa biaya. Material lain yang digunakan adalah limbah besi konstruksi yang berasal dari bengkel besi bangunan.
Kolaborasi dengan UMKM untuk Menghasilkan Furniture Unik
Setelah kain jeans terkumpul, para mahasiswa mencari UMKM lokal untuk diajak berkolaborasi. Kerja sama dengan UMKM ini dilakukan untuk membantu meningkatkan produksi di kala pandemi. Beberapa UMKM yang bekerja sama adalah UMKM sofa, penjahit, serta bengkel las di kota Surabaya dan Mojokerto. UMKM ini terdampak dari segi ekonomi akibat menurunnya permintaan dari pembeli.
Furniture unik yang didesain antara lain armchair, coffee table, karpet, bantal, dan gorden. Perabotan ini menggunakan denim sebagai focal point atau titik fokus pada furniture. Konsep desain yang diterapkan adalah modern dan minimalis, agar bersifat lebih leluasa dan tetap sesuai dengan selera masyarakat. Produk furniture unik yang dihasilkan ini memiliki kualitas yang baik. Selain itu, ia pun punya biaya produksi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan furniture lainnya. Hal ini terjadi karena penggunaan material sisa/berlebih serta UMKM terpilih dengan kinerja yang tak diragukan dalam bidangnya.
Biaya produksi home decor masih dapat ditekan apabila proses ini dilakukan dalam jumlah besar. Hal ini dapat terjadi karena akan menghemat biaya tenaga kerja per hari. Dengan demikian, kehadiran furniture ini telah memberikan kontribusi terhadap solusi permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan limbah.
THERESIA REGINA PUJIANTO
Theresia Regina Pujianto adalah seorang Mahasiswi Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra, Surabaya. Lahir di Mojokerto, 6 Oktober 1999, Regina kini tinggal di Surabaya untuk berkuliah. Perancangan produk ini merupakan salah satu proyek mata kuliah creativepreneurship, di mana mahasiswa diajarkan untuk membuat dan memasarkan produk yang dirancang sendiri dengan berkontribusi terhadap masalah sosial, ekonomi, serta lingkungan.